Haloo, selamat datang di folderdesa.com …
Artikel Intermezo …
Bagian 60%
Masyarakat desa identik dengan kepolosan, keluguan dan kejujuran. Apa masih?
Saya pesimis!,
Anda mungkin melihat mereka dari cara pandang “kota” …
… dari hasil penelitian serampangan saya, 60% masyarakat pedesaan sedang dalam masa “peralihan”… waduh,, kaya flora dan fauna aja peralihan…
Begini cuk..
.. jika anak kecil belajar berjalan, biasanya melewati fase merangkak lalu berdiri kemudian berjalan,, mungkin warga desa itu sedang pada fase merangkak.
Kami orang desa sedang mencontoh fase “hedonis” perkotaan…
.. sayangnya, kami hanya melihat dari sisi luar kehidupan sempurna “kota”, tanpa tahu bagaimana sebenarnya prosesnya… makanya kami meniru dan mengaplikasikan pada hal-hal yang paling mungkin di lakukan di desa.
Apa misalnya cuk?
Sulam alis, jika di kota dilakukan oleh ahlinya, di desa bisa dilakukan oleh perias pengantin yang membuka salon kecantikan..
..kalian bisa bayangkan hasilnya?… tidak jauh dari wajah Susana saat memerankan sundel bolong.. Alis rata seperti zebra cross.
.. dan akhirnya banyak Susana berkeliaran di mana-mana…
Begitupun dengan pendidikan dan pekerjaan…
Lulus sarjana di desa itu berat bro… banyak tuntutan lingkungan yang aneh-aneh dan tidak ada hubungannya dengan pendidikan yang ditempuh..
Misalnya,
.. tetangga TVnya rusak, tiba-tiba datang minta di benerin, dengan alasan kamu kan sarjana, pasti bisa, kan itu dancuk banget,, ga tau apa kalo saya sarjana lulusan biologi..
.. Fase peralihan juga terlihat dari bagaimana beban anak-anak agar menjadi PNS yang identik dengan seragam dan bergaji bulanan setelah lulus sekolah.
..Padahal “orang kota junjungan kalian sama sekali tidak berminat menjadi pns,
.. mereka malah berfikir bagaimana anak-anak menjadi pengusaha sukses atau meneruskan bisnis keluarga”.
.. membebaskan anak berjualan pisang goreng, pisang coklat sampai jualan pisang sendiri .. intinya kemandirian dan kemerdekaan berfikir yang terpenting.
“Bagaimana dengan harta dan kehormatan?”,
.. banyak kebahagiaan anak direnggut karena keegoisan dan nafsu orang tua.. karena masyarakat desa masih setengah-setengah dalam mencerna logika “duniawi mereka”.
Begini, .. bagi yang merasa orang desa !
.. saya tanya bro, apa yang orang tua harapkan dari Anda?
Kalau jawabannya ” Nduk, sekolah yang pinter ya, biar bisa jadi pegawai negeri dan membanggakan orang tua”.
Bener si…tapi..
40%
Syukur-syukur Anda masuk golongan yang 40%..
Jargon polos, tulus dan jujur masih melekat kok dengan orang desa… tapi nilai-nilai ini sudah mulai pudar, dan yang paling ketara adalah makin hilangnya sifat gotong royong..
.. Sebagai masyarakat desa, saya sudah jarang menemui hal ini lagi. Dulu saat anak-anak, sering sekali di ajak ikut “gotong royong membangun rumah”. Saat ini, kebiasaan ini sudah berubah terkikis jaman dan kebiasaan.
Teknologi informasi memang “bermata dua”. Di dukung dengan menjamurnya gadget dan kemudahan Internet. Sedikit demi sedikit mengurangi interaksi langsung dengan sesama, hal ini sangat masif terjadi di kota besar bahkan juga terjadi di desa.
Tapi apalah-apalah, saya hanya wong desa .. Salam
Oh iya … jangan lupa baca artikel lain, misalnya jika anda ingin tahu seperti apa struktur birokrasi pemerintahan desa ini.