Ini Desa yang Memiliki Lahan Bibit Terluas di Banyumas Setiap Warganya Punya Kebun Bibit

FOLDERDESA – Desa Dawuhan di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas menjadi desa sentra atau penghasil bibit. Bahkan di desa tersebut memiliki lebih dari 120 hektar lahan untuk pembibitan. Potensinya yang begitu besar menjadikan desa ini menjadi salah satu desa sentra bibit nasional.

Tidak hanya itu Desa Dawuhan yang terbagi menjadi Dawuhan Wetan dan Dawuhan Kulon juga memiliki sentra perikanan dengan jumlah kolam mencapai ratusan. Sejumlah ikan yang dibudidaya diantaranya ikan nila atau mujaer, lele, gurame dan bawal. Satu kolam ikan lele diisi antara 3000 ekor hingga 5000 ekor. Tidak jarang setiap pekan, pengepul ikan datang ke desa ini untuk belanja.

Dengan potensi yang begitu bagus, Desa Dawuhan menjadi salah satu contoh desa ketahanan pangan, selain menjadi sentra bibit, ada pula budidaya perikanan dan pembesaran sapi.

Baru baru ini Wakil Bupati Banyumas Sadewo Tri Lastiono meninjau langsung desa tersebut, ia bertemu sejumlah petani bibit, peternak dan pembudidaya ikan. Dalam kunjungannya wakil bupati selain memberikan semangat agar petani lebih semangat dan terus melakukan motivasi, kunjungan tersebut juga menjadi awalan untuk merancang Desa agro wisata.

Wakil Bupati Banyumas Sadewo Trilastiono bertemu petani Desa Dawuhan Kulon

Kepala Desa Dawuhan Kulon Mahbub Kamal mengungkapkan, Dawungan menjadi sentra pembibitan karena memiliki beberapa keunggulan. Baik kondisi alam, ketersedian air, maupun kemauan masyarakat yang cukup tinggi dalam menekuni pembibitan. Sehingga setiap warga juga mengembangkan sentra pembibitan.

” Potensinya masih bisa dikembangkan, agar sentra pembibitan di Dawuhan bisa lebih berkembang. Pembibitan sudah terbukti mampu mengangkat perekonomian warga, jika dikembangkan tentu dapat mengangkat kesejahteraan warga,” ungkapnya.

Jumlah pembibit mencapai ratusan orang. Satu orang pengusaha bibit ada yang memiliki 20 tenaga kerja ada pula yang lebih.Beberapa jenis bibit yang tersedia diantaranya berbagai jenis buah buahan,kayu hutan, dan kayu keras tahunan.

Sentra bibit di Desa Dawuhan juga mengurangi urbanisasi dan pengangguran, sehingga warga dapat bekerja dikampung sendiri. ” Dawuhan menjadi salah satu desa sentra bibit nasional, hasil bibit kita juga diambil oleh petani dari Purworejo, Magelang, Jawa Barat, hingga luar jawa,” terangnya.

Evan Setiawan salah satu pengusaha bibit Dawuhan kulon menyampaikan, usaha bibit mulai berkembang sejak tahun 80 an. Awalnya bibit hanya untuk kebutuhan para petani lokal. Namun sejak tahun 2000 bibit tersebut banyak diserap oleh berbagai program pemerintah.

Saat ini 80 persen warganya memiliki kebun bibit. Meskipun warga tersebut bekerja di tempat lain, tetapi memiliki kebun sendiri meski skala kecil. Evan sendiri memiliki 25 orang tenaga kerja, dengan omset per bulan mencapai ratusan juta rupiah.

Evan Setiawan menunjukkan bibit Durian

Beberapa bibit yang ia kembangkan diantaranya jenis holtikultura perkebunan, hingga kayu hutan. Bibit tersebut diantaranya cabai, durian, alpukat, mangga, jambu, kelengkeng. Ada pula pala, cengkeh, kopi. Sedangkan untuk kayu hutan diantaranya sengon, mahoni dan lainnya.

Saat ini permintaan paling banyak berasal dari Jawa Barat, baik untuk holtikultuta maupun kayu hutan. Meskipun secara kapasitas produksi masih tertinggal dari Sentra bibit di Purworejo, namun hasil bibit dari Dawuhan juga kerap dikirim ke Salaman Purworejo. ” Istilahnya bahan dasar yang dijual di Purworejo itu berasal dai Dawuhan,” ungkan Evan.

Menurut Evan, pengembangan selanjutnya yakni Dawuhan menjadi Agro Eduwisata. Misalnya pengembangan kebun buah dengan atraksi petik sendiri seperti buah melon. Ada pula kolam ikan yang sekaligus pengunjung dapat menikmati olahan ikan segar.

Semua potensi sudah ada, hanya tinggal mengemas dengan konsep yang lebih matang. Selama ini petani masih berjalan sendiri-sendiri atau masih milik swasta. Nah kedepan akan disatukan.

Selain bibit ada pula perikanan dengan jumlah kolam lebih dari 300 kolam. Selain itu ada pula pembesaran sapi. Budidaya tersebut berasal dari upaya warga yang menyiapkan secara mandiri. ” Jadi awalnya petani menyiapkan secara mandiri, mereka mengumpulkan modal bersama dan saat ini sudah berjalan,” ujar Evan menabahkan.

Evan mengaku omset bibit per bulan bisa mencapai Rp 100 Juta. Musim penjualan, mulai September hingga Desember. Selanjutnya Januari- Agustus adalah musim tanam. Rata rata bibit yang dijual usia 7 bulan.

Evan sendiri kerap mendapat pesanan dari berbagai daerah. Agar bibit tidak rusak dan tidak mati, ia menerapkan treatment khusus. ” Baru baru ini saya kirim ke Goorontalo, dengan perjalanan yang ditempuh 10 hari. Treatmen yang diterapkan, yakni truk pengangkut baik binding dan lantai bak kendaraan diberi pelepah pisang,sedangkan bagian atas ditutup dengan paranet,” jelasnya.

Kelengkeng yang sudah mulai berbuah

Mengingat pengiriman dalam jumlah besar maka menggunakan ekspedisi. Sementara itu kelompok tani yang memproduksi bibit tergabung dalam Kelompok Tani Rahayu, Kelompok pembudidaya ikan Lelel Senyum, dan kelompok ternak sapi Dawuhan Kulon Sejahtera, dan ada pula kelompok dari masing masing RT.

Dalam kesempatan kunjungan ke Dawuhan Kulon Folder Desa juga mendapat kesempatan untuk melihan satu persatu berbagai jenis bibit yang tersedia, mulai dari Durian Mk Horti, Kelengkeng Diamond, New Cristal.

Bahkan Evan juga berbagi perawatan agar bibit bisa tumbuh dengan baik, diantaranya pemberian pupuk kandang, pupuk NPK, semprot perangsang buah. Bahkan tiga tahun kelengkeng sudah berbuah.

Jabu Jamaika dengan buah merah, dengan tekstur daging lembut dan berbuah di usia satu tahun. Perawatan cukup mudah, setelah satu bulan penanaman, kemudian di beri NPK mutiara, dan perangsang buah. Selanjutnya setiap dua bulan diberi anti insektisida, sekaligus perangsang daun. Bibit lain diantarany alpukat mentega, yang dapat berbuah di usia 3 tahun.

Tinggalkan komentar