Budidaya Jamur Tiram, Panen Puluhan Kilo Tiap Hari Omset Jutaan Rupiah

FOLDERDESA-COM – Sejak tahun 2010, Katim (38) warga Desa Pandak Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas menekuni budidaya jamur tiram.

Konsisten dengan usaha yang dijalani, kini ia memiliki dua kumbung dan lebih dari 10 ribu baglog. Hasilnya bisa panen puluhan kilo jamur tiram tiap hari dengan pendaatan jutaan rupiah tiap bulan.

Saat ditemui, Katim tengah mempersiapkan ratusan baglog untuk di oven dalam tungku besar. Ratusan baglog tersbut ditata rapi, berjajar vertikal. Proses memasak dengan tungku menjadi rutinitas yang ia kerjakan.

Saat ini Katim memiliki dua kumbung. Masing masing kumbung menampung 5000 unit baglog.

BACA JUGA : Penyebab Durian Tidak Manis, Bisa jadi Kurang Perawatan

Artinya ia memiliki 10 ribu unit baglog di dua kumbung miliknya. Dari kumbung tersebut ia bisa panen sebanyak 30 kg Jamur tiram setiap hari.

Jamur tersebut lalu dijual ke pengepul, yang kemudian di jual ke seantero Banyumas, baik ke pasar tradisional, rumah makan maupun restoran.

” Tahun 2010 berhenti kerja, awalnya bingung tidak ada pekerjaan, lalu saya mencoba budidaya jamur tiram. Awalnya masih sedikit hanya ratusan baglog, ” ujar Katim.

Lihat Video Budidaya Jamur Tiram Berikut

Saat awal memulai budidaya, ia tidak langsung panen dalam jumlah besar. karena barus memiliki sedikit baglog. Hasilnya hanya beberapa kilo saja.

Jamur tiram tersebut juga dijual sendiri, ke pasar tradisional di Kecamatan Baturraden.

budidaya Jamur tiram (1)

Tak hanya itu, ia beberapa kali mengalami gagal panen. Salah satunya jamur tidak tumbuh atau tumbuh hanya dalam jumlah, sehingga tidak ada yang bisa dipanen.

Bahan baku serbuk kayu yang digunakan juga tidak boleh sembarangan. Jika tidak tepat maka media tersebut juga tidak dapat membuahkan jamur secara maksimal.

BACA JUGA : Mina Padi Desa Panembangan, Tiap Panen Hasilkan Puluhan Ton Ikan

Dari proses yang dijalani, ia terus belajar. Kini ia dapat memperoleh jamur dengan kualitas baik dan panen tiap hari.

Serbuk kayu yang dipilih, dan bekatul yang digunakan harus selalu baru, dari proses belajar itulah kini Katim dapat menikmati hasil budidaya Jamur Tiram.

Proses Pembuatan Jamur Tiram

Awalnya Katim memulai usaha dengan memanfaatkan ruangan di depan rumah.

Karena dirasa kurang cukup, ia menyewa tanah yang lebih luas untuk membuat kumbung.

Didalamnya diisi beberapa rak, tungku untuk memasak, tempat menyiapkan bahan baku, tempat sterilisasi, hingga puluhan rak yang di tata rapi.

budidaya Jamur tiram (3)

Bahan baku serbuk kayu dan bekatul atau dedak campur secara merata, bahan tersebut ditambah dengan kapur. serbuk gergaji kayu akan berfungsi menjadi penyedia nutrisi bagi jamur.

Serbuk kayu yang digunakan sebaiknya kayu keras, jenis kayu tersebut berpotensi meningkatkan hasil panen. Kayu keras banyak mengandung selulosa yang dibutuhkan jamur.

BACA JUGA : Potensi Budidaya Jambu Kristal di Indonesia

Beberapa jenis-jenis kayu keras yang digunakan diantaranya kayu sengon, kayu kampung, dan kayu mahoni, atau bisa pula kayu albasia.

Serbuk kayu diperoleh penggergajian kayu. Namun untuk mempermudah, Katim sudah bekerjasama dengan suplier. Tiap sepekan sekali ia mendapat kiriman hingga 70 kantong.

Sebelum digunakan, serbuk kayu dikompos terlebih dahulu agar dapat terurai. Tujuannya mudah dicerna oleh jamur.

Proses pengomposan serbuk dilakukan dengan menutupnya menggunakan plastik atau terpal selama 1 hari atau 2 hari, dengan suhu sekitar 50 derajat C.

Media berupa dedak atau bekatul berfungsi sebagai substrat dan kalori untuk pertumbuhan jamur. Agar hasil panen jaur berkualitas dedak atau bekatul digunakan harus masih baru atau fresh.

Jika memakai bahan yang sudah lama dikhawatirkan sudah terjadi fermentasi yang dapat berakibat pada tumbuhnya jenis jamur lain yang tidak dikehendaki..

Hasil penelitian menunjukkan penggunaan dedak atau bekatul maupun teung jagung memberikan kualitas hasil jamur yang sama.

BACA JUGA : Budidaya Buah Naga, Ratusan Pohon Panen Tiap Dua Pekan Sekali

Kandungan nutrisi kedua bahan tersebut juga relatif sama. Namun, bekatul dianggap lebih efisien, dan murah serta mudah dicari.

Adapun Campuran Kapur (CaCo3) berfungsi sebagai sumber mineral dan pengatur pH, yang akan menetralisir asam. Dengan demikian PH media menjadi rendah dan jaur dapat tumbuh.

Wadah atau baglog yang digunakan adalah kantong plastik bening tahan panas (PE 0,002) ukuran 20 cm x 30 cm.

Adapun komposisi media semai adalah serbuk gergaji 100 kg, tepung jagung 10 kg, bekatul halus 10 kg, kompos 0,5 kg, kapur (CaCo3) 0,5 kg, dan air 50-60 persen.

Sebelum melakukan penanaman bibit jamur pastikan sterilisasi bahan dan sterilisasi baglog. Ini menjamin kebersihan jamur dan hasil yang lebih berkualitas.

Sterilisasi Bahan Baku

Serbuk kayu dan bekatul harus di sterilisasi terlebih dahulu. Bahan tersebut di oven dengan suhu hingga 100 derajat selama kurang lebih 8 jam. Sterilisasi berfungsi

untuk mematikan mikro organisme yang menjadi penyebab kontaminasi. Kontaminasi dapat menyebabkan tumbuhnya jamur lain yang tidak bermanfaat. Dengan oven juga mengurangi kadar air sehingga media lebih kering.

Bahan yang telah di campur yakni, serbuk kayu, bekatul dan kapur. Setelah dicampur lalu masukkan ke dalam plastik. Pastikan bahan dimasukkan dengan padat.

Setelah penuh, bagian atas kantong plastik dipasang lingkaran. Baik dengan paralon maupun, plastik yang memiliki daya ikat kuat.

Selanjutnya plastik di ttup dengan kapas atau kertas. ikat bagian ujung agar tutup kuat dan tidak terbuka.

Sterilisasi Baglog atau wadah

Setelah terisi bahan, baglog kembali dilakukan sterilisasi dengan cara dimasukkan ke outclave atau steamer dengan suhu 121 derajat.

Biasanya agar lebih efisien dapat pula menggunakan drum dengan kapasitas besar, sehingga lebih efisien. Hanya saja sterilisasi dengan drum dengan jumlah banyak juga membutuhkan waktu yang lama.

Setelah sterilisasi selesai, kemudian baglog diangkat dan didinginkan. Mematikan alat sterilisasi dan biarkan suhu turun secara perlahan.

Setelah proses pendinginan, baru kemudian dilakukan penanaman bibit jamur pada baglog tersebut. Baglog yang sudah diisi bibit selanjutnya di tata rapi pada rak yang tersedia.

Pemeliharaan Jamur Tiram

Budidaya jamur tiram dipengaruhi oleh kebersihan tempat budidaya, baik alat, maupun pekerja.

Kebersihan adalah hal yang mutlak harus dipenuhi. Untuk itu, tempat untuk penanaman harus dibersihkan, baik lantai dan dindingnya. Serta bersihkan dengan disinfektan.

Alat yang digunakan juga harus disterilisasi menggunakan alkohol atau panaskan di atas api lilin. selama melakukan penanaman bibit jamur, para pekerja juga harus menggunakan masker. Ini bertujuan untuk memperkecil terjadinya kontaminasi.

Budidaya jamur tiram juga akan berhasil dengan menjaga suhu dan kelembaban ruang. Maka dari itu diperlukan ruangan khusus agar jamur tiram tumbuh maksimal.

Apabila cuaca terlalu lebih kering, panas, atau berangin, hal itu dapat mempengaruhi suhu dan kelembaban dalam kumbung. Dampaknya air juga menguap.

Bila terjadi hal semacam itu, lakukan penyiraman. Jika suhu terlalu tinggi dan kelembaban kurang, maka jamur sulit tumbuh.

Penting pula untuk menjaga sirkulasi udara di dalam kumbung. Tujuannya agar jamur tidak cepat layu atau mati.

Pengaturan sirkulasi dilakukan dengan cara menutup sebagian lubang sirkulasi ketika angin dalam kondisi kencang.

Sirkulasi dapat dibuka ketika kcepatan angin normal. Utamanya adalah jangan sampai jamur kekurangan udara segar.

Hama Jamur Tiram

Ulat adalah hama yang paling banyak ditemui pada budidaya jamur tiram. Penyebabnya yaitu faktor kelembaban, kotoran dari sisa pangkal atau bonggol dan tangkai jamur. Jamur yang tidak terpanen, hingga lingkungan yang tidak bersih.

Hama ulat dapat muncul ketika kelembaban udara berlebihan. Hama ulat sering dijumpai ketika musim hujan. Pencegahannya dengan mengatur sirkulasi udara.

Caranya dengan membuka lubang sirkulasi dan untuk hentikan penyiraman kumbung sementara.

Pangkal jamur yang tertinggal di baglog dapat menimbulkan binatang kecil berupa kepik. Kepik menjadi penyebab munculnya ulat.

Kemudian jamur yang tidak terpanen kemungkinan karena jamur tidak muncul keluar, sehingga luput saat dari pemanenan dan membusuk.

Saat melakukan panen pastikan kebersihan baglog, sehingga tidak ada pangkal atau batang dan jamur yang tertinggal.

Ulat juga dapat muncul karena sekitar kumbung tidak bersih. Misalnya adanya kandang ternak. Lakukan pembersihan kumbung dan sekitar rumah kumbung dengan formalin.

Cendawan dan Jamur Patogen

Beberapa jenis jamur yang bersifat patogen dapat mengganggu tumbuhnya jamur tiram. Seperti Mucor sp, Rhizopus sp, Penicillium sp, dan Aspergillus sp. pada baglog. Jika muncul jamur patogen tersebut maka ambil baglog dan musnahkan.

Timbulnya miselium berbagai warna seperti hitam, kuning, hijau, yang menjadi tanda adanya jamur patogen. Terkadang bisa pula muncul lendir pada baglog.

Miselium tersebut mengakibatkan pertumbuhan jamur tiram terhambat. Penyakit muncul karena lingkungan, peralatan saat pembuatan media penanaman kurang bersih. Dapat pula karena lingkungan kumbung yang terlalu lembab berlebihan.

Untuk mengatasinya, lingkungan dan peralatan harus bersih. Kelembaban dalam kumbung juga diatur agar tidak berlebihan.

Jenis penyakit tersebut dapat menyerang baglog yang terbuka ataupun dalam keadaan tertutup. Jika baglog sudah terserang maka harus dimusnahkan dengan cara dibakar.

Perawatan Panen dan Pasca Panen

Untuk memperoleh hasil maksimal, perawatan selama panen dan pasca panen harus dilakukan.

Jamur tiram memiliki masa panen yang cepat. Panen dapat dilakukan usia 40 hari setelah pembibitan. Atau setelah tubuh jamur berkembang sekitar 2-3 minggu. Tubuh jamur tiram yang maksimal ditandai meruncingnya bagian tepi.

Jamur yang layak dipanen adalah jamur yang berukuran besar.

Jamur dengan kondisi tersebut tidak mudah rusak jika dipanen. Agar menarik saat dijual, upayakan jamur memiliki berat dan ukuran yang relatif seragam.

Tinggalkan komentar